Internet Sehat Jilid 2

138719920

Dua belas tahun yang lalu, ICT Watch mencetuskan gerakan Internet Sehat. Saat itu saya baru saja terdaftar sebagai mahasiswa baru Teknik Informatika, suatu bidang yang membuat saya menjadi aktivis Internet, pegiat IT, profesional IT, hingga sekarang menjadi dosen IT. Selama masa itu saya melewati berbagai macam perkembangan teknologi di Indonesia, mengalami koneksi Internet yang pas-pasan dan mahal hingga sekarang punya koneksi Internet sendiri di rumah.

Berbicara tentang Internet Sehat, bersama kawan-kawan di Internet Club Unisbank Semarang saat itu giat menyebarkan cara berinternet dengan baik. Saat itu saya sudah bekerja di Telkom, kemudian bikin project Internet Goes To School, Internet Goes To Pesantren bersama Suara Merdeka hingga akhirnya proyek itu dijadikan proyek tetap antara Telkom dengan Unisbank. Merasa bahagia dapat meninggalkan sesuatu yang berguna bagi orang lain. Saat itu fokus kami adalah mengurangi kunjungan ke website porno dengan cara mengenalkan konten-konten positif dan mengajak peserta untuk ngeblog sehingga harapannya konten pornografi dapat berkurang dan tingkat kunjungannya menurun. Hasilnya lumayan, blogger baru mulai bermunculan.

Ketika tahun 2010 ICT Watch mematenkan Internet Sehat, maka sekarang saya menghindari menggunakan kalimat itu untuk berbagai kegiatan. Sekarang saya adalah dosen di Universitas Semarang yang terikat dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka saya masih berkewajiban mengadakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat. Meskipun tidak lagi menggunakan kata Internet Sehat, namun saya masih bisa mengajak orang lain untuk berinternet secara sehat.

Sekarang apa lagi?

Demokrasi di Indonesia sedang berkembang, masyarakat mulai melek politik berkat informasi yang semakin cepat didapatkan. Internet berperan serta dalam kondisi politik kali ini, dapat dilihat betapa social media sangat aktif untuk menjaring simpatisan baru yang berasal dari usia produktif, hal ini juga yang membuat jumlah pemilih pada pemilu legislatif dan presiden semakin meningkat, hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya dari Internet.

Sayangnya, Internet yang bebas dan (sudah) murah ini kurang digunakan secara bijak oleh generasi (yang jika saya boleh bilang) baru. Konten yang beredar sekarang tidak lagi didominasi oleh konten porno, namun sudah berkembang menjadi konten jahat. Kenapa jahat? Lihat saja “debat kusir” di forum seperti Kaskus atau bagian komentar di Detik.com, bahkan jika selo, silakan liat di timeline Facebook atau Twitter, nanti akan menemukan diskusi debat kusir yang menggunakan kalimat-kalimat yang bernada hinaan dan merendahkan orang lain. Mungkin niatnya bercanda, namun karena Internet itu menggunakan bahasa teks, maka candaan dan hinaan akan tipis bedanya. Tidak ada nada dan logat, yang ada hanyalah konten yang terbaca.

Kita perlu menggalakkan gerakan Internet Sehat Jilid 2, sasarannya tidak lagi hanya konten porno, namun juga memberikan edukasi bahwa komentar jahat, bullying, dan hinaan di Internet itu sama jahatnya dengan ucapan verbal. Sama seperti upload foto bugil, informasi itu tidak akan pernah hilang di Internet. Sekarang memang belum terasa akibatnya, tapi nanti, suatu saat pasti akan terasa.

Project Pengabdian Kepada Masyarakat saya selanjutnya akan fokus ke bagian ini. Berat? Pasti, tapi saya yakin pasti nanti akan banyak pihak yang membantu. Mari kembalikan Internet pada tujuan semula, untuk berbagi kebaikan. Semangat!

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *